cover
Contact Name
Dr. Istiadah, MA
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
egalita@uin-malang.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
EGALITA
ISSN : 19073641     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
EGALITA merupakan Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender yang menyajikan sejumlah hasil penelitian, pemahaman dan perenungan mendalam tentang problematika gender, baik dalam bangunan intelektual maupun konstruksi sosial yang ada pada masyarakat.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "EGALITA (Vol 6, No 1" : 8 Documents clear
PERAN SOSIAL WANITA, ANTARA YANG MENGEKANG DAN MEMBEBASKAN Arief Suryadinata, Abdul Hakim
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1221.475 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2115

Abstract

The position of women in society is often regarded as second-class, making the backward condition and used as scapegoats for the backwardness of a society and nation. And even worse, the treatment of women by putting it as second-class communities are often mentioned as religious injunctions of Islam. On the other hand, there are those who want to empower women by giving women the freedom to freely, by demanding their equality with men in all aspects, without considering the differences that have been given by God to men and women. So what happens is the increasing number of family breakdown leading to divorce and loss of sosial community building. Hencethe need for reconstruction of a fair idea about the position of women, both on the relationship of women with men, as well as the position and role of women in family and society. Based on observations of the hadiths of the Messenger of Allah, it was shown that a Muslim woman at the time (shahabiyah) has had a very complex role in the community. Nevertheless, they do not leave their primary role in the family and still uphold the ethicsof religion in the publik domain.
PERJANJIAN PERKAWINAN DAN URGENSINYA BAGI PEREMPUAN Budiawan, Afiq
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.386 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2116

Abstract

Prenuptial agreement legal status is applicable legally in a marriage. The main aim of it is for preventive action to overcome conflict, to minimize (to make it as handicap for) divorce, to complete the divorce statement, to guarantee wife’s right and to protect wife from husband’s discrimination and husband’s harmful authority. The agreement also aims at mediating spouse’s problem to solve the problem in a very short time.Status hukum perjanjian perkawinan bersifat legal untuk diterapkan dalam suatu pernikahan. Tujuan utama dari perjanjian perkawinan ini adalah sebagai tindakan preventif untuk mengatasi terjadinya konflik, meminimalkan (mempersulit) perceraian, penyempurna dari ta’lik talak,menjamin hak-hak istri dan sekaligus dapat melindungi mereka dari perlakuan diskriminatif dan sewenang- wenang laki-laki (suami). Perjanjian tersebut juga bertujuan sebagai mediasi bagi masalah antara suami dan istri sehingga bisa diselesasikan dalam waktu singkat.
HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TERJADINYA KELAHIRAN SINDROMA DOWN Rahmawati, Ana
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1106.383 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2117

Abstract

Down syndrome is a genetic disease caused by a chromosomal disorder. It is the most common chromosomal abnormality occurs in live births (1/900 ). The characteristics or clinical sign of Down Syndrome is mental retardation, usually have short stature and has a crease of the eye like Mongolian race,nose wide and flat,rounded face, mouth always open, both nostrils wide apart. Down syndrom often also have medical problemssuch as the congenital heart disease, growth hormone deficiency, thyroid disease, obesity, oral disease, leukemia, hearing impairment, chronic tonsilitis, developmental disorder of speech, language,intelligibility etc. There are two kinds of chromosomal abnormalities mechanism in Down Syndrome. The first is the change in chromosome structure/translocation, the second is nondisjunction or failed to split on chromosome 21 upon the formation of gamete cells parents. Down Syndrome is associated with maternal age occurs because of nondisjunction. Some of the research data reveal an association between the age of mother during pregnancy with the risk of Down Syndrome births.Sindroma Down adalah penyakit genetik yang disebabkan karena gangguan kromosom. Merupakan abnormalitas kromosom yang paling sering terjadi pada kelahiran hidup ( 1/900 kelahiran). Ciri-ciri atau tanda klinis sindroma Down adalah keterbelakangan mental, biasanya memiliki tubuh yang pendek, hidung lebar dan datar, wajah membulat, mulutselalu terbuka,kedua lubang hidung lebar, memiliki lipatan mata seperti yang dimiliki oleh ras Mongolia. Sindroma Down seringkali juga memiliki masalah-masalah kesehatan seperti penyakit jantung kongenital, defisiensi hormon pertumbuhan, penyakit tiroid, kegemukan, gangguan kesehatan mulut, leukemia,gangguan pendengaran, tonsilitis kronik, gangguanperkembangan bahasa,bicara, kecerdasan dan lain-lain. Terdapat dua macam mekanisme terjadinya kelainan kromosom pada sindroma Down, pertama yaitu karena adanya perubahan struktur kromosom/ translokasi, kedua yaitu terjadi karena nondisjunction atau gagal berpisah kromosom21 pada saat pembentukan sel gamet pada orangtuanya. Sindroma Down yang dihubungkan dengan faktor usia ibu hamil adalah sindroma Down yang terjadi karena nondisjunction. Beberapa data penelitian mengungkapkan adanya keterkaitan antara usia ibu saat hamil dengan resiko terjadinya kelahiran sindroma Down.
BUDAYA MASYARAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETERLIBATAN SUAMI DALAM KEGIATAN RUMAH TANGGA Ampa, Andi Tenri
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.558 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2118

Abstract

Husband’s involvement in doing chores is influenced by normative and cultural perception in society based on sex role. In its development husband and wife division labor changes from traditional perception that posits men as the main leader having special right and big authority in family directing towards androgyny stereotype of which spouse has flexible perception in work division labor.Keterlibatan suami dalam kegiatan rumah tangga dipengaruhi oleh pandangan normatif dan budaya yang berlaku dalam masyarakat, sesuai dengan peran jenisnya. Dalam perkembangannya, secara budaya pembagian peran suami istri dalam keluarga mengalami pergeseran dari sudut pandang tradisional dimana laki-laki adalah sebagai penguasautama rumah tangga yang memiliki hak-hak istimewa dan otoritas terbesar dalam keluarga ke arah stereotip androgin dimana suami istri mempunyai pandangan yang fleksibel dalam pembagian peran dalam rumah tangga.
PERMASALAHAN GENDER DALAM KASUS HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS - ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (HIV-AIDS) DI INDONESIA Ainur, Avin
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1329.021 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2119

Abstract

HIV-AIDS epidemic is a global crisis phenomenon and the hardes challenges for social development, particularly for underdevelopment countries. In general, people with HIV-AIDS are adults who are at the productive age and almost half are women. The National HIV-AIDS Prevention Commission stated that the number of housewives infected by HIV continues to increase significantly every year. Conversely, the numberof HIV infected people from commercial sex workers decreased. This is due to HIV transmission from their husband or intimate partners who have risky behavior. This condition concern an increase in the number of cases of HIV transmission from mother to child. HIV-AIDS problems are expected immediately handled and focused on the prevention of HIV-AIDS on housewives. An attempt to strengthen human rights program on women’s reproduction and improve women’s bargaining power to resist high risk sexual relations must be implemented sustainably.HIV-AIDS merupakan fenomena krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan dan kemajuan social, terutama bagi negara-negara miskin. Pada umumnya, penderita HIV-AIDS adalah orang dewasa yang berada dalam usia produktif dan hampir separuhnya adalah wanita. KomisiPenanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menyatakan bahwa jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV di Indonesia terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya, sebaliknya jumlah pekerja seks komersial yang terinfeksi HIV terus menurun. Hal tersebut disebabkan penularan HIV dari suami atau pasangan intim yang memiliki perilaku beresiko. Kondisi ini dikhawatirkan terjadi peningkatan jumlah kasus penularan dari ib ke anak. Permasalahan HIV diharapkan dapat segera ditangani dengan baik dan difokuskan pada pencegahan HIV-AIDS pada ibu rumah tangga. Seharusnya terus dilakukan upaya memperkuat program-program hak asasi reproduksi perempuan dan meningkatkan kekuatan menawar wanita untuk menolak hubungan seksual beresiko tinggi.
PANDANGAN TOKOH AGAMA DAN BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI Hartini Hartini
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.341 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2120

Abstract

Reproduction health care for husband and wife provides equal right in deciding the best medical practice related to reproduction’s function and process. However, the reality shows the irony of the fact that using contraception’s tool is mostly dominated by women. It is due to the strong perception of religious figures and social figures on the usage of contraception that is most suitable for women and it is considered as taboofor men to practice the sort of reproduction health care.Pemeliharaan kesehatan reproduksi suami dan istri sebagai keluarga mempunyai hak yang sama untuk menentukan tindakan yang terbaik berkaitan dengan fungsi dan proses memfungsikan alat reproduksinya. Namun dalam kenyataannya kewajiban pemeliharaan kesehatan reproduksi khususnya dalam pemakaian alat kontrasepsi lebih banyak didominasi perempuan. Hal ini terjadi karena masih kuatnya pandangan tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap hanya pantas dilakukan oleh perempuan dan masih dianggap tabu jika laki-laki menggunakan alat kontrasepsi.
FEMININE DIMENSION IN ISLAM AND THE ERA OF MASCULINIZATION TOWARD NATURE Basri, Mohammad Hasan
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.806 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2121

Abstract

The development process which is running in several countries tends to ignore the aspect of natural balance. It leads to undesirable impact toward natural -ecosystem sustainability process and human beings’ life. In Vandana Shiva language, this recent development process is “masculinization” process toward nature. Nature which is symbolized as mother earth is exploited destructively causing natural destruction and ecological crisis. In this paper, writer tries to find the root of problemform eco-feminism perspective through several theories on human and nature relationship related to feminism concept in Islam. There are two main reasons for recent exploitative and destructive development towards nature. First, human beings act as single authoritarian and single entity. Second, in Islamic theological perspective, recent development model is masculine -based and it ignores feminine aspects in Islam that it applies rigid and dominating approaches.Proses pembangunan yang berlangsung di berbagai negara saat ini cenderung mengabaikan aspek keseimbangan alam. Hal tersebut berdampak tidak saja berakibat buruk terhadap proses keberlangsungan ekosistem alam, akan tetapi juga mengancam terhadap keberlangsungan hidup manusia. Dalam bahasa Vandana Shiva, proses pembangunan saat ini ada proses “maskulinisasi” terhadap alam. Alam yang disimbolkansebagai “mother earth” kemudian dieksploitasi secara dekstruktif sehingga menimbulkan kerusakan alam dan krisis ekologi. Dalam tulisan ini, penulis mencoba mencari akar persoalan tersebut dari perspektif ecofeminism melalui beberapa teori tentang hubungan manusi dan alam dikaitkan dengan dimensi feminitas dalam Islam. Ada dua hal penting yang mendasari mengapa saat ini pembangunan cenderung ekploitatif dan destruktif terhadap alam. Pertama, manusia merasa sebagai penguasa alam dan melihat dirinya sebagai entitas tunggal. Kedua, dalam perspektif teologis Islam, model pembangunan selama ini masih bersifat “maskulin” dan tidak memperdulikan aspek-aspek feminin dalam Islam, sehinggapendekatan yang digunakan masih bersifat rigid dan mendominasi.
PERAN IBU MENYUSUI YANG BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAGI BAYINYA Susanti, Nurlaili
EGALITA EGALITA (Vol 6, No 1
Publisher : Pusat Studi Gender UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.407 KB) | DOI: 10.18860/egalita.v0i0.2122

Abstract

Exclusive breastfeeding is defined as an infant’s consumption of human milk without complementary foods for the first six months of life. Breastfeeding has many benefits and advantages for infants. Breast milk suffice infant’s necessary for energy, protein, vitamin and mineral. In addition, breast milk protect infants from susceptibility to infectious disease. Increase vulnerability to nutritional problems in infants recently due to the replacement of breast milk with formula milk in a manner and amount that can not satisfy infant’s need. Many problems were encountered in efforts to provide exclusive breastfeeding, one of which is the number of breastfeeding mothers who must return to work after the leave ends. Therefore, mothers need knowledge and skill to provide exclusively breastfeeding on theirinfants during work.Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan pendamping sampai bayi berusia 6 bulan. ASI memiliki banyak sekali manfaat dan keunggulan bagi bayi. ASI memenuhi kebutuhan sumber energi, protein, vitamin dan mineral utama bagi bayi. Selain itu, ASI memiliki kandungan yang menjaga bayi dari kerentanan terhadap penyakit infeksi. Meningkatnya masalah kerawanan gizi pada bayi akhir-akhir ini,salah satunya disebabkan penggantian ASI dengan susu formula, dengan cara dan jumlah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi. Beberapa kendala yang muncul dalam upaya pemberian ASI eksklusif ini, diantaranya adalah banyaknya ibu menyusui yang harus kembali bekerja setelah masa cuti  berakhir. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan bagi ibu agar dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi selama ditinggal bekerja.

Page 1 of 1 | Total Record : 8